Arsip untuk September, 2013

Nemu uang…

Posted: 17 September 2013 in Uncategorized

Maha Suci Allah…
ketika saya tidak punya uang buat sangu seminar ke Surabaya…
saya nemu duit di buku saya…. lupa kapan naruhnya…. 🙂
mungkin sudah bertahun2 mengingat buku itu tidak pernah saya buka…
Terima kasih Ya Allah….. 🙂 #buku tempat nyimpan duit 🙂

Uang di buku

Uang di buku

Impian Kuliah

Posted: 17 September 2013 in Uncategorized

Entah dengan siapa saya menikah nanti tapi saya punya impian…
Impian saya cari beasiswa PDSU ITB program Doktor 4 tahun tanpa melewati Magister….

Sedangkang pengennya rencana saya sih Istri juga melanjutkan ke S2 juga…. di Universitas Pendidikan Indonesia mungkin… ya siapa pastinya masih belum tahu he he he… tapi kan punya rencana boleh saja… di UPI ambil Pasca Pendidikan entah yang mana…
Jarak ITB dan UPI deket kok…cman 5 km… lihat peta dibawah..
Artinya beli rumah disana kalau ada rezeki letaknya diantara ITB dan UPI menggunakan metode Interpolasi Linier 🙂
Ya masih rencana… kalaupun tidak tercapai Allah punya skenario yang lebih baik…
Tapi jangan pernah berhenti untuk memiliki Impian kawan 🙂

Impian Kuliah

Impian Kuliah


Makah saya dlu waktu semester 1 🙂

REALITAS OBYEKTIF  
VS  
REALITAS SUBYEKTIF
 
MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR
 
 
 
 
 
 
OLEH :
 
 
 
KELAS E KELOMPOK 1  
Ahmed Endruw (                 )
Mochamad Agung Tarecha ( 09650135 )
Gagas Kurnia Yuniar ( 09650151 )
 
 
 
 
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009 REALITAS OBYEKTIF VS REALITAS SUBYEKTIF
 
A. Pengetahuan dan Ilmu
  Pengetahuan dan Ilmu merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan. Namun ada
perbedaan diantara keduanya. Perbedaan itu adalah :  
•  Ilmu   Dalam mencari kebenaran ilmu menggunakan langkah –
langkah yang sistematik, yang memungkinkan tercapainya gasil yang
obyektif, yang mana langkah – langkah tersebut bisa diulang kembali
demi membuktikan kebenaran dari hasil pencarian tersebut.                                      
Contohnya : Pembuktian arus listrik mengalir jika ada perbedaan
potensial.
•  Pengetahuan  Pengetahuan dianggap hanya menghasilkan kebenaran
yang bersifat subyektif, hipotekal, dan masih perlukan keobyektifannya
melalui serangkaian verfikasi yang sesuai dengan standar ilmiah.                                      
Contohnya : Teori Darwin tentang kera yang menurutnya merupakan
nenek moyang manusia.
 
Syarat – syarat utama agar suatu pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmiah
adalah :  
1.  Memungkinkan untuk diverifikasi ulang.
2.  Metode yang sistematik.
3.  Obyektivitas.
 
Namun ada perbedaan pendapat tentang ‘obyektivitas’ tersebut. Perbedaan
tersebut adalah :  
•  Suatu kelompok menganggap. Realitas Obyektif itu “ada di luar sana”
dan harus melakukan pendekatan melalui metode ilmiah.
•  Kelompok lain menganggap. Realitas Obyektif itu sebenarnya adalah
suatu  intersubyektivitas. Artinya obyektif itu ada pada cara seseorang
memandangnya atau keberanaran yang bersifat relatif.
 B. Dua Tradisi Besar : Paradigme Positivisme dan Anti – positivisme  
  Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada  2 kelompok yang
memandang obyetivitas. Kelompok pertama sering dikelompokkan dalam kelompok
paradigma positif, sementara kelompok kedua sering dikelompokkan dalam kelompok
paradigma antipositif. Perdebatan ini berlangsung sampai sekarang.
 Paradigma positif beranggapan bahwa obyetifitas bisa ditangkap keberadaan
fisiknya, sehingga bisa diobservasi.  Dan memandang bahwa obyek ini diasumsikan
bersifat umum dan tetap, sehingga ditangkap secara sama oleh setiap orang, dimanapun,
dan kapanpun bersifat permanen, yang mana diartikan bahwa kehadiran pengamat tidak
sedikitpun memberikan pengaruh apapun kepada obyek. Analoginya adalah penelitian
tentang unsur dasar air (H2O). Sifat dan unsur dasar air tidak akan berubah meski yang
melakukan penelitian banyak orang.
Sementara paradigma antipositif memandang obyektifitas muncul dalam
kesadaran manusia, bersifat nyata tapi tidak selalu memiliki keberadaan fisik yang bisa
ditangkap meskipun bisa dirasakan dan cenderung melihat selalu ada jarakan antara
pengamat dan yang diamati. Persepsi terhadap obyek terbentuk melalui tafsir, dan tafsir
terhadap obyek ketika diterima oleh semakin banyak  orang maka persepsi terhadap
obyek yang diamati tersebut bukanlah sebuah obyektifitas, tetapi intersubyektifitas.
Analoginya seperti laki – laki memandang tentang perempuan. Ada yang menganggap
cantik, manis, menarik, biasa, dan jelek. Semua itu tergantung dari persepsi orang yang
memandang sehingga akan menghasilkan persepsi yang berbeda – beda dan semua itu
sulit dibuktikan kebenarannya.
 
C. Evolusi Ilmu Pengetahuan  
 Dari sudut pandang paradigma positivisme, semua metode ilmiah akan
menghasilkan suatu kompilaso pengetahuab yang sistematik, komplementer, dan akan
menuju pada puncak ilmu yaitu pengetahuan obyektif  sejati. Tetapi sesungguhnya
semua itu adalah hasil proses dari penafsiran, dan  sifatnya  intersubyektif, maka yang
terjadi bukanlah kompilasi ilmu pengetahuan menuju  suatu pemahaman yang sifatnya
obyektif, melainkan revolusi siklis ilmu pengetahuan. Artinya akan ada teori yang
goyah jika ada teori lain yang lebih kuat tentang suatu obyek yang sama. Teori lama
akan segera goyah ketika muncul gugatan, baik yang  berasal dari data baru atau penelitian lain, yang menggoyahkan klaim kebenaran  teori lama tersebut. Dan teori
yang baru pada gilirannya nanti akan diji. Dan siklus ini akan terus berulang kembali.
Misalnya adalah teori tentang kecepatan suara. Teori lama beranggapan tidak ada obyek
yang bisa melaju melebihi kecepatan suara. Karena bila sama dengan kecepatan suara
akan ada ledakan gelombang suara. Obyek akan bertabrakan dengan diding tak terlihat
dari ledakan gelombang suara tersebut, sehingga menghancurkan obyek. Namun setelah
ditemukannya pesawat yang mampu melebihi kecepatan suara maka teori lama tersebut
akan tergantikan oleh teori yang baru.  
 Dalam ilmu – ilmu sosial, munculnya teori baru dan paradigma baru tidak serta
merta membatalkan kebenaran teori lama. Yang dipatahkan di sini adalah klaim
kebenaran universal dari teori lama tersebut. Tetapi seringkali teori lama tersebut tetap
memiliki nilai kebenaran, hanya saja sifatnya menjadi partikular. Sehingga banyak
paradigma, perspektif, teori, dan metodologi yang masing-masing tidak bisa saling
membatalkan, karena masing-masing memiliki nilai kebenaran. Akibatnya akan
semakin menambah ragam teori, perspektif, dan metodologi dalam ilmu pengetahuan
sosial. Misalnya teori hukum rimba, siapa yang kuat dia akan bertahan. Teori ini dahulu
kala pada saat zaman prasejarah di gunakan namun kini sudah tidak diterapkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indoneisa. Namun masih tetap ada saja yang
memakainya, ini terbukti dari tingkat kejahatan di kota metropolitan yang serba praktis.
Yang kuat melakukan kejahatan, yang lemah jadi korban. Sehingga orang yang lemah
akan tersingkir dengan sendirinya.
 
 

Menyembunyikan rahasia

Posted: 13 September 2013 in Uncategorized

Bila suatu saat ditanya tentang sesuatu…
namun menurutmu dia yang akan kau ceritakan kebenarannya takkan mungkin mengerti…
dan juga sekalipun kau ceritakan sejelas-jelasnya, seterang-terangnya, sejujur-jujurnya tanpa ada satu hal pun yang ditutupi tetap saja takkan merubahnya menjadi memahami, dan takkan merubah apapun..
diamlah dan tersenyum padanya…. biar aku saja yang tahu…
dengan begitu engkau bisa memperbaiki keadaan dengan melupakan hal yang menyakitkan dan bisa membuat keadaan lebih baik…
sekian….