Tetumbuhan Kata
Teruntuk panjenengan, wahai seseorang berdasi senja
menuliskan perihal mu, aku tak cukup kata
sekadar membuat sebait saja mengenai derap langkahmu, aku tak cukup makna
Kalau begitu, ku harap kau berkenan memberi lebih banyak waktu lagi
Aku akan menabung kata hingga saatnya tiba, kita bisa memanen tetumbuhan kata bersama suara-suara kecil
di pagi hari, siang, malam dan setiap kali waktu mendetakkan jantungnya
Kalau begitu, atas nama belum cukup kata
kita berkisah saja perihal perbincangan rerintik sore ini
Dimana kita saling mendalami pernyataan kata yang basah diguyur hujan
Menyelam dan mendayung hanya tersisa kata sebagai air yang turun dari langit
Banyak hal yang terjadi ketika hujan tiba
Tentang kata yang saling bersambut, perbincangan yang semakin larut, dan tentunya tentang airNya yang tak pernah surut
Segala itu terlampaui begitu saja
Cepat dan nyaris tak kasat mata
Melambai, menyapa, melangkah, melakukan, dan meneguhkan..
Semua itu serasa mengguyur dan mereda tiba-tiba saja
Kita yang hanya kosong, saat itu hanya menyaksikan
Kita yang hanya dingin, saat itu mulai membeku karena hujan
Kita yang hanya manusia, sudah sepatutnya dari permulaan hingga akhir tetap menghamba
Salah satunya dengan mensyukuri kehadiran hujan sebagai wujud dari sebuah penghambaan
Dan akhirnya, hujan pun reda
Airnya yang menggenang dalam kubangan masih menyimpan cerita kita
Atau kalaupun jika genangannya menghilang, cerita kita akan senantiasa terceritakan bukan?
Kepada suara suara kecil yang membersamai kita sewaktu memanen tetumbuhan kata di pekarangan senja yang serupa dasi yang engkau kenakan wahai tuan berdasi senja..
Akhir kata, selamat malam
Semoga hujan-hujan esok hari tetap membawa rasa syukur, kebermanfaatan dan kebahagiaan
the morning star
Pasuruan, 10 Oktober 2020